Pegon Jawa
Pegon Adalah: Sejarah, Fungsi, dan Perannya dalam Perkembangan Islam di Nusantara
Pegon adalah salah satu bentuk tulisan tradisional yang digunakan oleh masyarakat di Nusantara untuk menuliskan bahasa Jawa atau bahasa lainnya dengan menggunakan huruf Arab. Tulisan ini memiliki sejarah panjang dan memainkan peran penting dalam penyebaran Islam serta tradisi keilmuan di wilayah ini. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang apa itu pegon, asal-usulnya, fungsi, hingga relevansinya di masa kini.
Apa Itu Pegon?
Secara etimologis, kata pegon berasal dari kata Jawa "pego," yang berarti "aneh" atau "tidak biasa." Hal ini mengacu pada penggunaan huruf Arab yang tidak lazim untuk menuliskan bahasa Jawa. Pegon berbeda dengan tulisan Arab pada umumnya karena dilengkapi tanda-tanda tambahan (diakritik) untuk menyesuaikan dengan fonologi bahasa Jawa.
Pegon sering digunakan untuk menulis kitab kuning (naskah keagamaan), puisi, atau literatur lainnya yang berisi ajaran Islam. Hal ini menjadikannya sebagai jembatan antara budaya lokal dan ajaran agama Islam.
Sejarah Singkat Tulisan Pegon
Tulisan pegon berkembang pesat sejak abad ke-15 hingga 19 Masehi, bersamaan dengan masuknya Islam ke Nusantara. Para ulama menggunakan pegon untuk mengajarkan ajaran agama kepada masyarakat lokal yang belum mengenal aksara Arab. Karena bahasa Jawa sudah menjadi bahasa sehari-hari, penggunaan pegon memudahkan masyarakat memahami isi kitab-kitab keagamaan tanpa harus belajar bahasa Arab.
Tulisan pegon juga digunakan dalam kesusastraan klasik Jawa, seperti dalam karya-karya Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga, yang dikenal sebagai wali penyebar Islam di Jawa.
Fungsi Pegon dalam Masyarakat
1. Media Dakwah
Pegon adalah alat penting dalam penyebaran Islam di Nusantara. Kitab-kitab seperti Serat Centhini atau syair-syair keagamaan sering ditulis menggunakan aksara pegon.
2. Penyimpanan Tradisi Keilmuan
Banyak manuskrip kuno yang ditulis dalam aksara pegon, berisi pengetahuan keagamaan, sastra, hingga ilmu sosial. Manuskrip ini menjadi bukti integrasi tradisi lokal dengan Islam.
3. Penguat Identitas Budaya
Pegon adalah simbol percampuran budaya Arab dan Jawa, sekaligus bukti bagaimana masyarakat lokal mampu mengadaptasi pengaruh asing tanpa kehilangan identitasnya.
Perbedaan Pegon dan Aksara Jawi
Selain pegon, masyarakat Melayu juga memiliki aksara Jawi, yang sama-sama menggunakan huruf Arab untuk menuliskan bahasa lokal. Bedanya, pegon lebih banyak digunakan untuk bahasa Jawa, Sunda, dan Madura, sementara Jawi digunakan untuk bahasa Melayu.
Relevansi Pegon di Era Modern
Meskipun aksara pegon mulai jarang digunakan, ia masih diajarkan di beberapa pesantren tradisional di Jawa. Para santri mempelajari pegon untuk memahami kitab kuning, yang menjadi rujukan utama dalam pendidikan agama Islam. Selain itu, aksara pegon juga mulai dilirik dalam upaya pelestarian budaya melalui digitalisasi manuskrip kuno.
Penutup
Pegon adalah salah satu warisan budaya Nusantara yang unik dan berharga. Tulisan ini bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga simbol pertemuan antara budaya lokal dan agama Islam. Dengan melestarikan pegon, kita turut menjaga jejak sejarah dan kearifan lokal yang memiliki makna mendalam bagi perkembangan peradaban di Indonesia.
Semoga artikel ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang apa itu pegon dan pentingnya aksara ini dalam budaya Nusantara.